Belakangan ini kita sering mendengar istilah revolusi industri 4.0 di berbagai kesempatan, bahkan pada debat Capres 2019 lalu pembahasan ini menjadi salah satu topik yang paling menarik. Dan bagi presiden terpilih, bapak Joko Widodo dan wakilnya KH Ma’ruf Amin optimis dalam proses realisasi kedepannya di Indonesia.
Bagi sebagian orang mungkin istilah ini sudah tidak asing lagi, tapi bagi sebagian juga masih belum memahami apa sih revolusi industri itu? Di artikel kali ini, kita akan membahas pengertian dari revolusi industri dan sejarah perkembangan-nya dari generasi 1.0 sampai dengan generasi 4.0 yang sekarang sedang terjadi.
Revolusi Industri adalah perubahan besar terhadap cara manusia mengolah atau memproduksi barang dan jasa untuk siap dipakai. Perubahan terjadi di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi yang kemudian berdampak pada seluruh bidang kehidupan seperti dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan juga budaya, serta bersifat global.
Sebelum Revolusi Industri generasi pertama atau disebut 1.0 terjadi, manusia berusaha memproduksi barang atau jasa dengan mengandalkan tenaga otot, tenaga air, ataupun tenaga angin. Hal seperti ini tentu memiliki kendala yang cukup besar, karena seperti kita ketahui bahwa tenaga manusia yang terbatas.
Hingga pada abad ke-18, tepatnya tahun 1776, James Watt menemukan mesin uap. Dan mulai saat itu proses produksi menjadi lebih efisien dan murah, salah satu contohnya pada saat itu, di Inggris, mesin uap digunakan sebagai alat tenun mekanis yang dapat meningkatkan produktivitas industri tekstil.
Dan alat transportasi laut pada saat itu yang sebelumnya hanya mengandalkan angin dalam berlayar, menjadi lebih cepat semenjak hadirnya mesin uap tersebut.
Lanjut ke Revolusi industri generasi ke-dua atau 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20. Era revolusi industri kali ini ditandai dengan penemuan tenaga listrik, dimana sebelumnya tenaga manusia digantikan dengan mesin tenaga uap, perlahan menjadi lebih canggih dengan mesin bertenaga listrik.
Tetapi terdapat kendala yang ditemukan dalam proses produksi, yakni proses transportasi jika pabrik cukup luas, contohnya pada saat itu adalah pabrik perakitan mobil dimana spare part satu harus di antarkan ke produksi spare part lainnya. Sehingga untuk mencegah hal tersebut, produksi dilakukan di satu tempat secara bergantian, hal seperti ini tentu tidaklah efisien.
Hingga akhirnya terciptalah assembly line atau lini produksi yang menggunakan ban berjalan atau conveyor belt pada tahun 1913. Proses produksi berubah total, para pekerja lebih terorganisir karena masing-masing menjadi spesialis yang mengurus satu bagian saja.
Jika pada revolusi industri pertama ditandai oleh tenaga uap, dan generasi kedua ditandai oleh hadirnya tenaga listrik, kira-kira apa yang menandakan masuknya revolusi industri generasi ketiga?.
Sedikit terlihat menyeramkan, karena pemicu revolusi industri ketiga ini ditandai dengan hadirnya mesin otomatis yang dapat bergerak sendiri dan berpikir, yakni komputer dan robot. Perlahan, peranan penting manusia mulai tergantikan dan era industri berubah menjadi era informasi.
Tetapi jika dilihat dari sisi positifnya, kemajuan teknologi digital ini justru semakin mempermudah pekerjaan manusia, yakni dapat memaksimalkan kemampuan yang sesungguhnya, seperti berpikir, memimpin, dan menciptakan karya.
Dan akhirnya, hadirlah revolusi industri generasi ke-empat yang sedikit sudah kita singgung diawal. Industri 4.0 adalah tren di dunia industri saat ini yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber, salah satu hal terbesar didalam Revolusi Industri kali ini adalah Internet of Things.
Revolusi ini juga dikenal dengan istilah Smart Factory, dimana dilakukan penerapan konsep otomatisasi oleh mesin tanpa memerlukan lagi tenaga manusia dalam pengaplikasiannya. Inovasi baru Internet of Things (IoT), Big Data, percetakan 3D, Artificial Intelligence (AI), kendaraan tanpa pengemudi, rekayasa genetika, robot dan mesin pintar diyakini akan merubah total dunia industri, jauh lebih canggih dari revolusi industri 3.0.
Contoh di Indonesia adalah munculnya transportasi dengan sistem ride-sharing seperti Go-Jek dan Grab, usaha baru yang sebelumnya tidak terpikirkan.
Baca juga: Pengertian dan Fungsi Sistem IT Inventory dalam Kawasan Berikat
Tidak kalah penting, Industri 4.0 ini sudah terealisasi dalam sistem yang dimiliki EOS Teknologi Indonesia yang di khususkan untuk kawasan operasional Industri di tanah air.
Tentunya sistem dibuat untuk memudahkan para pembisnis tanah air tidak repot dalam melaporkan kejadian serta transaksi keluar masuk kawasan. Maka dari itu, EOS Teknologi adalah solusi terbaik dalam menangani masalah sistem Industri, EOS is Smart for Factory.
Referensi :
This website uses cookies.